Thursday, December 20, 2012

Identitas diri

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang. Sedangkan diri adalah, seseorang (terpisah dari yang lain). Jika saya simpulkan, identitas diri adalah ciri-ciri atau kedaan seseorang yang berbeda dengan orang lain. Setelah kita pahami makna identitas diri di atas, dapat kita pahami bahwa identitas diri merupakan hal yang mutlak ada dalam kehidupan manusia. Setiap orang memiliki identitas diri, dan hal itu tidak bisa disamakan dengan orang lain. Identitas bisa dikatakan sebagai pembeda seseorang dengan yang lainnya. Bisa dibayangkan apa yang terjadi seandainya semua orang tidak memiliki identitas diri masing-masing. Maka yang terjadi adalah, banyak kesalahpahaman dalam mengenal seseorang, dan semacamnya. Saya akan mencoba menganalisis bagaimana identitas diri saya sesungguhnya. Nama saya Mahfud Achyar. Saya merupakan anak ke-4 dari enam bersaudara. Saya lahir di Pariaman, 1 Juli 1989. Saya berdomisili di kota Pariaman, Sumatera Barat. Profil singkat mengenai data diri yang saya paparkan di atas merupakan secuil dari identitas diri yang saya miliki. Biasanya, sebagai bukti agar kita diakui memiliki identitas diri, maka kita perlu surat keterangan data diri seperti akta kelahiran, akta kematian, kartu nikah, kartu tanda penduduk, dan lain sebagainya. Sosial Budaya Saya merupakan pribadi bersuku Minang. Ayah dan Ibu saya merupakan orang Minang asli. Dari kecil sampai lulus di bangku SMA, saya menghabiskan hidup saya di kota Pariaman. Baik itu menuntut ilmu, berkawan, bersosialisasi dengan lingkungan, dan mengembangkan kepribadian. Tidak dipungkiri bahwa lingkungan saya—Sumatera Barat memberikan pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan cara saya betindak. Di Minang Kabau sendiri, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sedikit banyaknya memberi pengaruh yang besar dalam perkembangan kepribadian saya. Di Sumatera Barat, falsafah yang tetap dianut adalah “Adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah.” Artinya, setiap sendi kehidupan masyarakat Minang harus mengacu kepada nilai luhur agama Islam. Sebagai anak yang lahir dari kedua orang tua yang bersuku Minang, saya memiliki peran untuk terus mempertahankan esensi falsafah Minang Kabau yang mengacu kepada nilai-nilai Islam. Tapi tidak menutup kemungkinan, ketika adat yang ada di Minang Kabau bertentangan dengan syariat Islam, maka saya harus memilih nilai-nilai Islam ketimbang nilai budaya. Manusia memiliki dua peran dalam hidupnya. Pertama, ia merupakan makhluk individu, yang mau tak mau harus bertanggungjawab kepada dirinya sendiri. Sedangkan di satu sisi, manusia merupakan makhluk sosial yang harus bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai manusia yang memiliki identitas diri, saya memiliki peran dalam berbagai aspek. 1. Keluarga Dalam lingkungan keluarga, saya memiliki peran untuk menjadi anak yang mampu membanggakan keluarga saya. Maka tak heran jika saya (anak laki-laki) saat ini disekolahkan jauh ke luar pulau Sumatera dengan harapan saya menjadi orang yang lebih baik. Tentunya baik dari sisi finansial, akhlak, pendidikan, agama, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, amanah yang telah dipercayakan keluarga kepada saya harus dijalankan sebaik-baiknya. 2. Mahasiswa Saat ini, saya berstatus sebagai mahasiswa Universitas Padjadjaran semester 4. Sebagai mahasiswa, tentunya banyak hal yang harus saya jalankan. Pertama, saya harus menjadi mahasiswa yang berkualitas sesuai dengan isi Tri Darma Perguruan Tinggi. Selain itu, saya harus menjadi agent of change yang berperan sebagai agen perubahan demi kemajuan dan kebaikan bangsa dan Negara. Dalam dunia perkuliahan, saya dituntut tidak hanya menjadi mahasiswa yang pintar dari segi akedimik. Mahasiswa yang pintar biasanya ditandai dengan indeks prestasi komulatif yang bagus. Tidak hanya itu, mahasiswa yang baik juga harus terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan, seperti; BEM, UKM, dan kelompok belajar. Untuk menunjang itu semua, maka saya buktikan dengan IPK (indeks prestasi komulatif) 3 lebih. Sedangkan dalam bidang kemahasiswaan, saya aktif menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran (BEM Unpad,red). Peran saya dalam kepengurusan BEM Unpad adalah, menjadi Direktorat Jendral Propaganda dan Penerbitan yang memiliki kualifikasi yang kritis, tanggap, dan suka menulis. Kedua peran saya dalam kehidupan mahasiswa Alhamdulillah bisa saya jalankan dengan baik tanpa harus mengorbankan salah satu. 3. Masyarakat Saya kuliah di Bandung, Jawa Barat. Tentunya, kondisi masyarakat Jawa Barat—Sunda berbeda dengan kondisi masyarakat Sumatera Bara—Minang. Perbedaan itu terlihat dari bahasa, mata pencaharian, budaya, dan kebiasaan lainnya. Sebagai mahasiswa rantauan, maka saya harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekarang. Awalnya, saya agak sulit menyesuaikan diri. Terbukti dengan ketidaksamaan selera makan, dan yang paling mendasar adalah perbedaan bahasa yang acap kali menghambat saya berkomunikasi dengan masyarakat. Tapi seiring berjalannya waktu, saya bisa mengatasi kesulitan-kesulitan tadi. Contohnya, saya dapat menikmati makanan Sunda, dan sedikit memahami bahasanya. Pemaparan identitas diri di atas merupakan sebuah realitas bahwa kita (sebagai manusia) ternyata memiliki peran yang berbeda dalam setiap segmen kehidupan. Baik itu di keluarga, masyarakat, dan lain sebagainya. Tapi peran-peran itu tetap terbingkai dalam sebuah identitas diri. Identitas Diri Proses pencarian identitas adalah proses dimana seorang remaja mengembangan suatu identitas personal atau sense of self yang unik yang berbeda dari orang lain (individuation). Dalam psikologi perkembangan pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada akhir masa remaja. Pembentukan identitas sebenarnya sudah dimulai dari masa anak-anak, tetapi pada masa remaja ia menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan relasional (Grotevant dan Cooper, 1998) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang. Sedangkan diri adalah, seseorang (terpisah dari yang lain). identitas diri adalah ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain. identitas diri merupakan hal yang mutlak ada dalam kehidupan manusia. Identitas bisa dikatakan sebagai pembeda seseorang dengan yang lainnya. Bisa dibayangkan apa yang terjadi seandainya semua orang tidak memiliki identitas diri masing-masing. Maka yang terjadi adalah, banyak kesalahpahaman dalam mengenal seseorang, dan semacamnya. Sebuah identitas diri dapat terbentuk didalam : 1. lingkungan keluarga, 2. lingkungan kerja, 3. lingkungan masyarakat, 4. kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembentukan identitas diri hasil dari kerja keras seseorang dengan belajar dalam segala aspek lingkungan dan menggabungkannya menjadi sebuah bingkai yang indah di dalam kehidupan merupakan sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional.

Pembangunan Kesehatan

A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta. B. TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu : 1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. 2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan. 3. Peningkatan status gizi masyarakat. 4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). 5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera. C. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut: 1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor. Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan. 2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta. Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan. 3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan. Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan. Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan. 4. Peningkatan Upaya Kesehatanya. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus –menerus diupayakan. Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin. Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderung meningkat. Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh. 5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan secara bertahap. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara swadana. 6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan. Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan. Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah. 7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan. Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas. Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada. 8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya. Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi. D. Nilai-nilai Filosofi Dalam Pembangunan Kesehatan A. ASPEK SOSIAL BUDAYA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN Nilai-nilai Filosofi Dalam Pembangunan Kesehatan Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah merupakan bagian dari pembangunan nasional yangbertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –tingginya.Wujud pembangunan kesehatan di Indonesia adalah SKN ( Sistem Kesehatan Nasional )yang diatur dalam Undang-undang No 23 Th 1982 tentang kesehatan. Undang-undang ini merupakan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan. Nilai-nilai Filosofi dalam Pembangunan 1. Dasar Pijakan a. Kesehatan adalah hak azasi bangsa b. Kesehatan sebagai investasi bangsa c. Kesehatan menjadi titik sentral pembangunan kesehatan 2. Landasan Idiil : Pancasila 3. Landasan Konstitusionil : UUD 1945 al : a. Pasal 28 A berbunyi : setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan kehidupannya. b. Pasal 28 B ayat ( 2 ) setiap anak berhak atas kelangsungan, tumbuh dan berkembang c. Pasal 28 C ayat ( 1 )Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari pendidikan tersebut. 4. Prinsip Dasar Pembangunan ( SKN ) Perikemanusiaan Penyelanggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip kemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pembangunan kesehatan di Indonesia dirasionalkan dalam wujud PKMD ( Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ) B. Tujuan PKMD Tujuan Umum Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup Tujuan Khusus 1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki untuk menolong dirinya sendiri 2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berpartisipasi dalam berswadaya 3. Menghasilkan lebih banyak tenaga masyarakat untuk berperan dalam LKMD 4. Meningkatkan kesehatan masyarakat E. FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN F. FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PEMBANGUNAN KESEHATAN Pengertian Pembangunan nasional adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Faktor Pendorong dan Penghambat Pembangunan Nasional 1. Disparitas Status Kesehatan Disparitas adalah perbedaan jarak ; adanya upah yang diterima oleh para pekerja pabrik itu. Menghalangi pemiliknya untuk mendapatkan hak kesehatan yang layak. , masyarakat, media massa, politikus bahkan insan kesehatan masih memandang hak kesehatan hanya pada hak untuk memperoleh pelayanan kuratif di rumah sakit dan puskesmas . Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat namun disparitas antar tingkat sosial ekonomi dan antar wilayah masih cukup tinggi. Selama ini kesehatan dianggap sebagai barang yang mahal, kesehatan di Indonesia hanya untuk kalangan berpunya ‘orang miskin dilarang sakit’ . Tragis, mengingat kekayaan Indonesia yang begitu tetapi tidak ada pertanggung jawaban tentang keberadaan SDA tersebut. 2. Beban Ganda Penyakit Bagi masyarakat Indonesia khususnya, penyakit memiliki beban ganda,yang pertama adalah rasa sakit yang diderita dan yang kedua masalah uang yang cukup banyak. Untuk mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Hal ini memberikan dampak negative pada pasien yang bersangkutan, karena keterbatasan dana, mereka mendapatkan keterbatasan pelayanan kesehatan. 3. Kinerja Pelayanan yang Rendah Kinerja kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditandai dengan masih di bawah standarnya kualitas pelayanan sebagian rumah sakit daerah serta keterbatasan tenaga kesehatan juga menjadi tantangan yang harus segera di atas. Hingga saat ini jumlah dan distribusi dokter, bidan serta perawat belum merata dimana disparitas rasio dokter umum per 100.000 penduduk antar wilayah masih tinggi. Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua tenaga kesehatan yang diperlukan . 4. Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung Hidup Bersih Dewasa ini sikap masyarakat Indonesia juga sama buruknya dengan sistem yang mengatur kesehatan. Sungai di Jakarta kini mengalami perubahan fungsi, fungsi sungai bukan lagi menjadi tata perairan kota tapi tempat sampah umum. Belum lagi ada masyarakat yang MCK di sungai, begitu pula di sebagian wilayah pedesaan Indonesia kesadaraan akan pentingnya kesehatan belum kita temukan di masyarakat kita. 5. Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan Rendahnya pembangunan ekonomi yang belum merata adalah biang keladi pokok masalah ini . Hal tersebut menimbulkan kesenjangan soasial baik papan, sandang dan pangan. Pertanyaan mengapa kesehatan lebih banyak dialamai oleh orang tak berpunya ? Mungkin jawabannya adalah karena lingkungan tempat tinggal yang buruk. Kesehatan Indonesia berada pada kondisi yang saat buruk, pembangunan kesehatan di Indonesia, dapat dilihat dari berbagai penghambat serta langkah pendorong untuk mengatasinya . Minimnya pelayan kesehatan, dan rendahnya pelayanan kesehatan adalah salah satu penghambat pembangunan kesehatan . Adat kebiasaan masyarakat, serta keadaan ekonomi dan pendidikan turut ikut andil dalam hal ini.

ROM (Range Of Motion)

Definisi Range Of Motion (ROM) Pengertian adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Dapat juga di artikan Range of motion atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah. Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik. Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot atau pun gaya ekternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. • Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. • Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM). • Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodic. • Faktor-faktor yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakit-penyakit sistemik, sendi, nerologis ataupun otot; akibat pengaruh cedera atau pembedahan; inaktivitas atau imobilitas • Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan kontraktur. • Teknik ROM tidak termasuk peregangan yang ditujukan untuk memperluas ruang gerak sendi. Jenis-jenis Range Of Motion (ROM) 1. ROM Pasif ROM pasif, yaitu latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap gerakan (pasien dengan kekuatan 50%).  Indikasi indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien usia lanjut dengan mobilitas terbatas, pasien tirah baring total, atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk mempertahankan kelenturan (fleksibilitas) otot-otot dan persendian.  Prinsip melakukan latihan pasif : 1. Mengkaji pasien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk pasien. 2. Memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan di lakukan, area yang akan digerakkan, dan perannya dalam latihan. 3. Jaga privasi pasien. 4. Mengatur pakaian yang dapat menyebabkan hambatan pada gerakan, dan jika ada kemungkinan pembengkakan pada tangan, maka lepaskan semua perhiasan. 5. Angkat selimut jika diperlukan, 6. Anjurkan pasien berbaring dalam posisi nyaman. 7. Lakukan latihan ROM Yang perlu diperhatikan:  Untuk mencegah ketegangan otot atau cidera sangga ektermitas bagian atas atau bawah sendi yang di perlukan.  Pegang ektermitas dengan kuat dan nyaman  Gerakkan ektermitas dengan halus dan perlahan  Jika terjadi ketegangn makan hentikan gerakan sementara berikan tekanan lembut dan rileks 2. ROM Aktif ROM aktif yaitu latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan (pasien aktif atau gengan kekuatan 75%). Indikasi Indikasi latihan aktif adalah semua pasien yang yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendiri dan kooperatif. Hal ini berguna untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi, serta penampilan kognitif.  Prinsip melakukan ROM aktif :  Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan kegiatan tersebut.  Anjurkan pasien bernafas normal selama latihan.  Intruksi yang di tujukan pada klien untuk melakukan latihan rentang pergerakan persendian sebagai berikut:  Lakukan setiap latihan rentang pergerakan sendi seperti yang diajarkan  Lakukan gerakan secara sistematis  Lakukan setiap latihan sebanyak tiga kali  Lakukan setiap seri latihan dua kali sehari. Gerakan pada ROM  Fleksi, yaitu gerakan menekuk persendian.  Ekstensi, yaitu gerakan meluruskan persendian.  Abduksi, yaitu gerakan satu anggota tubuh ke arah mendekati aksis tubuh.  Adduksi, yaitu gerakan satu anggota tubuh ke arah menjauhi aksis tubuh.  Rotasi, yaitu gerakan memutar atau menggerakkan satu bagian melingkari aksis tubuh.  Pronasi, yaitu gerakan memutar ke bawah.  Supinasi, yaitu gerakan memutar ke atas.  Inversi, yaitu gerakan ke dalam.  Eversi, yaitu gerakan ke luar. Teknik teknik gerakan ROM Latihan Rentang Pergerakan menurut Potter & Perry (2005, p.1200). 1. Leher, spina servikal a. Fleksi :Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45° b. Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45° c. Hiperektensi: Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45° d. Fleksi lateral :Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45° e. Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180°. 2. Bahu a. Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180°. b. Ekstensi :Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°. c. Hiperektensi :Menggerakkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°. d. Abduksi : menaikkan lengan keposisi samping diatas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala e. Adduksi : menurunkan lengan kesamping dan menyilang tubuh sejauh mungkin. f. Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°. g. Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90° h. Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°. 3. Siku a. Fleksi :Menekuk siku sehingga lengan bawah bergerak kedepan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°. b. Ekstensi :Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°.

Body Image (Gambaran diri)

Jika didefinisikan maka Citra/Gambar diri adalah gambaran kita terhadap diri sendiri atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Gambaran ini terbentuk bertahun-tahun selama kita hidup. Meskipun demikian, hal ini dapat diubah dan diganti sehingga kita mempunyai citra diri yang kita inginkan. Nilai diri kita berkaitan erat dengan cara kita memandang diri sendiri dan bagaimana kita berpikir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. Kadang kita terlalu terpaku pada pendapat umum. Misalnya pendapat bahwa anak yang patut dibanggakan adalah anak yang mempunyai prestasi belajar di bidang akademis, padahal prestasi dapat diperoleh dari bidang-bidang lainnya; seperti seni atau olahraga. Contoh lainnya adalah pendapat bahwa orang lain akan menghargai kita jika kita cantik/tampan, pintar, kaya, menarik, atau langsing. Sehingga orang yang mempunyai bentuk badan yang tidak ideal, bentuk muka yang kurang indah, atau kurang berhasil dalam pelajaran dalam studinya tidak perlu dihargai. Jika kita terlalu mengikuti rumus Harga Diri = Prestasi + Pendapat orang lain, maka kita akan terjebak dan tertipu mengenai citra diri kita. Penilaian yang salah tersebut membuat kita menjadi takut gagal, takut tertolak, takut dihukum, bahkan mengasingkan diri. Akibatnya kita takut untuk mencoba sesuatu sehingga kreativitas kita tidak berkembang. Jika hal ini terjadi terus-menerus, bisa jadi Anda menjadi orang yang paling tidak bahagia karena tidak mempunyai harapan, tidak mempunyai tujuan, dan merasa hidup ini sia-sia serta tidak memberikan hasil apa pun. 2.2 Faktor yang mempengaruhi gambaran diri Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti, munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor tersebut dapat berupa: 1. Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain–lain. 2. Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf. 3. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan. 4. Tergantung pada mesin. Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan. 5. Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal. 6. Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri. 7. Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder. Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti: 1. Syok Psikologis. Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. 2. Menarik diri. Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya. 3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap. Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru. DAMPAK GAMBAR DIRI YANG NEGATIF  Kurang percaya diri dalam bergaul  minder/selalu merasa diri kurang dari yang lain  Tampil berlebihan  Cemas akan penampilan  Hanya melihat sisi negatif dari diri sendiri  Pengalaman negatif lebih diingat-ingat dan berdampak daripada pengalaman positif  Memandang segala sesuatu dengan negatif  Sangat sensitif dengan kritik atau segala sesuatu yang menyerupai kritik  Tidak bisa menerima pujian, penghargaan atau kasih sayang.  Perfeksionis  Tidak bisa menerima penolakan yang ‘netral’

Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalamhal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukanintervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dankepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasiterapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi untuk stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwakomunikasi terapeutik merupakan hubungan personal antara perawa dan klien,dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersamadalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. S.Sundeen (1990)menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerja sama yangditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalammembina hubungan intim yang terapeutik. Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasiterapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak salingmemberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dankomunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien,sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan. Sedangkan Arwana(2003) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisadikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudianmelupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang danmasalahnya.
 
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terpeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan pootif.
B.Tujuan
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearahyang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yangmeliputi :1.Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diriMemulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri klien.Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan depresi.2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dansaling bergantung dengan orang lain.Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar bagaimana menerima danditerima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerimaklien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalammembina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers (1974) dalamAbraham dan Shanley (1997) mengemukakah bahwa hubungan mendalamyang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakanarea untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah danmeningkatkan kemampuan koping.3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan sertamencapai tujuan yang reistis.Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpamengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataanhidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.4.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan sertamencapai tujuan yang reistis.
 
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melaluikomunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klienmeningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
C.Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknyahubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantuterbentuknya hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak sepertikomunikasi sosial, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klienmencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang salingmenguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’2.Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar  belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap .individu.
3.
Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberimaupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga hargadininya dan harga diri klien.4.Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan danmemberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.5.Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiriserta nilai yang dianut.6.Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dansaling menghargai.7.Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.8.Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupunmental.9.Perawat haruis menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memilikimotivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya

sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalahyang dihadapi.10.Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilanmaupun fungsi.
D. Ciri - Ciri Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai ciri sebagai berikut
1. Terjadi antara perawat dengan pasien
2.Mempunyai hubungan akrab3.Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan
3.Perawat dengan aktif, mendengarkan dan memberikan respon pada pasien
E.Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitusebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).1. Ikhlas (Genuiness)Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.2Empati (Empathy)Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalammemberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.3. Hangat (Warmth)Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapatmemberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
F.Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku danmemungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan duniasekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasiterjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
 
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), danTappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisdan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatandi rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dantepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, ataumenguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikanarti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasiverbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk beresponsecara langsung.Komunikasi Verbal yang efektif harus:1) Jelas dan ringkas2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)3) Arti denotatif dan konotatif 4) Selaan dan kesempatan berbicara5) Waktu dan Relevansi6) Humor
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang seringdigunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :1) Lengkap2) Ringkas3) Pertimbangan4) Konkrit5) Jelas6) Sopan7) Benar
 
Fungsi komunikasi tertulis adalah:1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telahdiarsipkan.3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembaliuntuk mengetahui perkembangan masa lampau.4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah,surat pengangkatan.Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:1) Adanya dokumen tertulis2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman3) Dapat meyampaikan ide yang rumit4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilanKerugian Komunikasi tertulis adalah:1) Memakan waktu lama untuk membuatnya2) Memakan biaya yang mahal3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakankata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbalyang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
 
keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal.Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhankeperawatan.Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:1) Kinesik Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasaisyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihaninformasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasaisyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab,cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.2) Proksemik Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak”antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individudengan objek.3) Haptik Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antaradua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba,memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi andadengan seseorang.4) Paralinguistik Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orangMuang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yangtidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik oranglain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatudengan suara keras.
 
5) Artifak Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itudigunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor,mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namundalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada oranglain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yangmereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggistatus sosial orang itu.6) Logo dan WarnaKreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakakarya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasikesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karayaorganisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta.Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna danhuruf yang mengandung visi dan misi organisasi.7) Tampilan Fisik TubuhAcapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh darilawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipetubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salahsatu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampumempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmatiinformasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yangdisebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).
G.Fase – fase Komunikasi Terapeutik
1. Orientasi (Orientation)Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yangterjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase inidicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identificationof problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

Sunday, December 16, 2012


Wanita Solehah, hanya yang terbaik untuk Lelaki

Titik permulaan segala sesuatu di sisi kita ialah Menghidupkan umat Islam dengan ilmu dan tarbiyah Islamiyyah. Secara mudah, lelaki soleh dan wanita solehah adalah mereka yang bersedia memenuhi segala tuntutan Islam keatas mereka. Dua elemen inilah yang akan membentuk sebuah unit yang dinamakan keluarga. Keluarga pada tabi'inya adalah unit asas dalam sesebuah masyarakat dan merupakan unit yang paling penting dalam sesebuah masyarakat.

Dinyatakan di dalam kitab Fiqh al Sunnah bahawa Imam Tarmizi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan sabda Rasulullah SAW mengenai ayat 34 surah al Taubah semasa dalam satu perjalanan Rasulullah SAW bersama para sahabat, maka sebahagian para sahabat berkata 
"Telah ada ayat yang turun mengenai harta dan perak, maka sekiranya diketahui bahawa ada yang lain  yang lebih utama maka kami akan mengambilnya". 
Rasulullah bersabda : "Lidah yang selalu berzikir, hati yang sentiasa bersyukur dan isteri mukminah yang mengukuhkan iman suaminya".
Rasulullah SAW bersabda : "Bagi mukmin, tidak ada hal yang terlebih baik sesudah bertaqwa kepada Allah selain mendapat isteri yang solehah". 
Rasulullah SAW juga bersabda : "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik berhiasan adalah wanita solehah"

Di dalam satu riwayat yang lain ada dinyatakan berkenaan perihal wanita solehah : "Apabila diperintahkan kepadanya, dia taat. Apabila melihat kepadanya akan menyenangkan. Apabila diberi janji, dia menerima dan apabila dia ditinggalkan, dia menjaga diri dan harta suaminya dengan baik".

Sabda Rasulullah SAW : "Janganlah kamu kahwin dengan perempuan kerana kecantikannya, barangkali kerana kecantikan itu membinasakannya. Janganlah kamu kahwin kerana hartanya, barangkali kekayaannya itu menyebabkan dia derhaka, tetapi kahwinlah dengan perempuan kerana agamanya. Sesungguhnya perempuan yang tidak berhidung lagi budak adalah lebih baik (daripada yang lain)."

Jawapan Rasulullah SAW ketika ditanya oleh kaum muslimat tentang jihad seharusnya dijadikan panduan bersama iaitu : "Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu temui bahawa taat kepada suami dan mengakui hak-haknya adalah sama dengannya (jihad di jalan Allah).

Wanita solehah perlu mempersiapkan diri dengan ilmu Islam yang secukupnya kerana kecintaan kepada ilmu dan kesungguhan dalam menimba ilmu adalah merupakan sifat para wanita solehah sejak zaman Rasulullah SAW. Sejarah menceritakan bagaimana luasnya ilmu yang ada pada Sayyidatina Aisyah dan betapa dalamnya ilmu yang ada pada Zainab. Keperibadian mulia, sikap berani dalam membela hak dan menegakkan keadilan menjadi ciri-ciri yang menghiasi perbadi dan mewarnai hidup seorang wanita solehah seperti yang ditunjukkan oleh Khaulah binti Tha'labah.

Wanita solehah itu, sifat malu membenteng diri, pergaulan yang dipagari, kecantikan bukan berada pada wajahnya, kemanisan bukan berada pada kemanjaannya, kemanisan bicara tidak menjadi daya penariknya yang bisa menggoyah iman kaum muslimin tetapi terletak pada perjuangannya menjaga dan memartabatkan agamanya. Kata orang, nafsu kata wanita cantik pada paras rupa, akal kata wanita cantik pada ilmu dan hati kata wanita cantik pada akhlaknya. Wanita solehah itu adalah yang menjaga kecantikan luaran dan mengutamakan kecantikan dalaman.

Wahai kaum lelaki, jangan terlalu mencari-cari dan menanti-nanti 'si solehah' yang diimpikan akan menjadi milik kita sebalik menjadikan diri kita benar-benar soleh serta sanggup memenuhi segala tuntutan Islam keatas kita adalah lebih utama. Sekiranya syarat ini dipenuhi pasti 'si solehah' yang diidamkan yang mencari dan menanti kita.